Jumat, 21 November 2014

"IAEA" Bahas Pengembangan Tanaman Baru yang Mampu Beradaptasi di Lingkungan Ekstrem

Yogyakarta - Badan Tenaga Atom lnternasional (IAEA) bekerja sama dengan negara-negara kawasan Asia di regional Pasifik, termasuk lndonesia sedang melaksanakan proyek pengembangan varietas tanaman baru dengan teknik mutasi radiasi yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) (sumber : Istimewa)


"Proyek dengan kode RAS/5/056 ini bertujuan untuk melakukan mitigasi (mengurangi dampak negatif bidang pertanian dengan adanya perubahan adanya iklim ekstrem) yang terjadi akhir-akhir ini," kata Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerja sama Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) Totti Tjiptosumirat, Minggu (5/10).

Ia mengatakan, terkait dengan proyek RA5/5/056, BATAN bekerja sama dengan IAEA menyelenggarakan "review meeting" di Yogyakarta dari 6 hingga 10 Oktober 2014.

Pertemuan akan dihadiri perwakilan dari 15 negara yang anggota, masing-masing diminta mempresentasikan progres riset pemulian mutasi tanaman di negaranya, ucapnya.

Menurut dia, tujuan pertemuan adalah "sharing" informasi dan pengalaman tentang strategi pemuliaan mengurangi tanaman untuk dampak buruk perubahan iklim dan menyamakan kerangka berpikir peneliti, ilmuwan serta meningkatkan dan ahli dalam kolaborasi dalam riset serta pengembangan pemuliaan mutasi tanaman.

"Selain itu, juga memberikan rekomendasi kepada pembuat kebijakan untuk mendukung penelitian dan pengembangan pemuliaan mutasi tanaman menjamin untuk keberlanjutan produksi dan ketahanan pangan nasional," paparnya.

Di sela-sela rapat, panitia akan mengajak peserta delegasi mengunjungi demplot sorgum di Desa Playen, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dan akan bertemu dengan Bupati Gunung Kidul serta 75 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

"Selain itu, peserta juga akan diajak menyaksikan perakitan padi Rojolele di Desa Gempol Kecamatan, Karanganom Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dan tempat penangkaran padi hasil penelitian BATAN oleh PP Kerja di Boyolali," tuturnya.

Menurut dia, proyek berdurasi 2011 hingga 2016 melibatkan 15 negara yakni Australia, Bangladesh, Tiongkok, India, Indonesia, Korea, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Filipina, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam.

"Metodologi yang digunakan adalah teknik mutasi radiasi 'Iradiation mutation breeding', yaitu melakukan rekayasa secara genetik menggunakan mutagen (sinar gamma), sehingga akan dihasilkan keragaman genetik," ujarnya.

Dari keragaman genetik yang muncul kemudian dilakukan proses seleksi untuk memilih tanaman yang mampu beradaptasi pada lingkungan ekstrem yang timbul karena perubahan iklim, misalnya, kekeringan, banjir, kemasaman tanah, lahan bergaram, serta adanya perubahan musim dan pola tanam.

"Tanaman yang mampu beradaptasi secara baik pada kondisi ekstrem tersebut selanjutnya dimurnikan sampai akhirnya dapat diperoleh varietas unggul baru yang siap untuk dilepas ke petani lndonesia telah berperan aktif dalam proyek tersebut melalui pemuliaan riset tanaman sorgum yang terkenal tahan terhadap kondisi kekeringan," paparnya.

Pemuliaan sorgum dengan teknik mutasi radiasi dilakukan di Pusat Aplikasi lsotop dan Radiasi (PAIR) BATAN dan telah menghasilkan tiga varietas unggul sorgum yang masing-masing diberi nama Pahat, Samurai 1, dan Samurai 2.

"Ketiga varietas tersebut memiliki potensi besar untuk dibudidayakan dan dikembangkan, terutama di daerah dengan curah hujan yang rendah seperti di Gunung Kidul, Daerah lstimewa Yogyakarta (DlY), Madura - Jatim, sebagian NTB, sebagian besar NTT dan daerah Indonesia timur lainnya," tukasnya.

Penulis: /NAD

Sumber:
Antara
http://www.beritasatu.com/iptek/215105-iaea-bahas-pengembangan-tanaman-baru-yang-mampu-beradaptasi-di-lingkungan-ekstrem.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar