Yogyakarta
- Badan Tenaga Atom lnternasional (IAEA) bekerja sama dengan negara-negara
kawasan Asia di regional Pasifik, termasuk lndonesia sedang melaksanakan proyek
pengembangan varietas tanaman baru dengan teknik mutasi radiasi yang mampu
beradaptasi dengan perubahan iklim.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) (sumber : Istimewa) |
"Proyek
dengan kode RAS/5/056 ini bertujuan untuk melakukan mitigasi (mengurangi dampak
negatif bidang pertanian dengan adanya perubahan adanya iklim ekstrem) yang
terjadi akhir-akhir ini," kata Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerja sama
Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) Totti Tjiptosumirat, Minggu (5/10).
Ia
mengatakan, terkait dengan proyek RA5/5/056, BATAN bekerja sama dengan IAEA
menyelenggarakan "review meeting" di Yogyakarta dari 6 hingga 10
Oktober 2014.
Pertemuan
akan dihadiri perwakilan dari 15 negara yang anggota, masing-masing diminta
mempresentasikan progres riset pemulian mutasi tanaman di negaranya, ucapnya.
Menurut
dia, tujuan pertemuan adalah "sharing" informasi dan pengalaman
tentang strategi pemuliaan mengurangi tanaman untuk dampak buruk perubahan
iklim dan menyamakan kerangka berpikir peneliti, ilmuwan serta meningkatkan dan
ahli dalam kolaborasi dalam riset serta pengembangan pemuliaan mutasi tanaman.
"Selain
itu, juga memberikan rekomendasi kepada pembuat kebijakan untuk mendukung
penelitian dan pengembangan pemuliaan mutasi tanaman menjamin untuk
keberlanjutan produksi dan ketahanan pangan nasional," paparnya.
Di
sela-sela rapat, panitia akan mengajak peserta delegasi mengunjungi demplot
sorgum di Desa Playen, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta dan akan bertemu dengan Bupati Gunung Kidul serta 75
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
"Selain
itu, peserta juga akan diajak menyaksikan perakitan padi Rojolele di Desa
Gempol Kecamatan, Karanganom Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dan tempat
penangkaran padi hasil penelitian BATAN oleh PP Kerja di Boyolali,"
tuturnya.
Menurut
dia, proyek berdurasi 2011 hingga 2016 melibatkan 15 negara yakni Australia,
Bangladesh, Tiongkok, India, Indonesia, Korea, Malaysia, Mongolia, Myanmar,
Nepal, Pakistan, Filipina, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam.
"Metodologi
yang digunakan adalah teknik mutasi radiasi 'Iradiation mutation breeding',
yaitu melakukan rekayasa secara genetik menggunakan mutagen (sinar gamma),
sehingga akan dihasilkan keragaman genetik," ujarnya.
Dari
keragaman genetik yang muncul kemudian dilakukan proses seleksi untuk memilih
tanaman yang mampu beradaptasi pada lingkungan ekstrem yang timbul karena
perubahan iklim, misalnya, kekeringan, banjir, kemasaman tanah, lahan bergaram,
serta adanya perubahan musim dan pola tanam.
"Tanaman
yang mampu beradaptasi secara baik pada kondisi ekstrem tersebut selanjutnya
dimurnikan sampai akhirnya dapat diperoleh varietas unggul baru yang siap untuk
dilepas ke petani lndonesia telah berperan aktif dalam proyek tersebut melalui
pemuliaan riset tanaman sorgum yang terkenal tahan terhadap kondisi
kekeringan," paparnya.
Pemuliaan
sorgum dengan teknik mutasi radiasi dilakukan di Pusat Aplikasi lsotop dan
Radiasi (PAIR) BATAN dan telah menghasilkan tiga varietas unggul sorgum yang
masing-masing diberi nama Pahat, Samurai 1, dan Samurai 2.
"Ketiga
varietas tersebut memiliki potensi besar untuk dibudidayakan dan dikembangkan,
terutama di daerah dengan curah hujan yang rendah seperti di Gunung Kidul,
Daerah lstimewa Yogyakarta (DlY), Madura - Jatim, sebagian NTB, sebagian besar
NTT dan daerah Indonesia timur lainnya," tukasnya.
Penulis:
/NAD
Sumber:
Antara
http://www.beritasatu.com/iptek/215105-iaea-bahas-pengembangan-tanaman-baru-yang-mampu-beradaptasi-di-lingkungan-ekstrem.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar